Rabu, 29 Juni 2016

DIALOG DINI HARI



Dialog dini hari..
Dengan masih tersisanya
Efek kopi,
Dan percakapan kita dini hari

Buat ku tak jua bermimpi
menjelang pagi
Hingga, ku tulisnya
Puisi ini


Tangerang,30/06/2016

Kamis, 23 Juni 2016

Let's write !: UMAR MEMASUKI YERUSALEM

Let's write !: UMAR MEMASUKI YERUSALEM: “Di antara umat-umat yang hidup sebelum kalian, ada orang-orang yang dianugerahi kemampuan seperti nabi ( muhadditsun ) . Sekiranya salah s...

UMAR MEMASUKI YERUSALEM

“Di antara umat-umat yang hidup sebelum kalian, ada orang-orang yang dianugerahi kemampuan seperti nabi ( muhadditsun ). Sekiranya salah satunya dari mereka ada dalam umatku, niscaya ia adalah ‘Umar, “ ( HR. Bukhari dan Muslim )




Setelah ‘Umar menyelesaikan perjanjian damai dengan para pembesar kota yerusalem, ‘Umar bersama Amru bin ‘Ash dan Syurahbil bin Hasanah serta pasukan muslim yang bersamanya memasuki kota Baitul Maqdish. Kedatangannya disambut Pendeta Severnius dan para pembesar kota.
Penduduk Yerusalem menyambut kedatangan ‘Umar dan pasukan muslim dengan penuh takjub dan hormat. ‘Umar menyapa mereka dengan ramah. ‘Umar telah menjajikan keamanan kepada mereka. Orang-orang yang datang menyambut ‘Umar menyaksikan kekontrasan antara sikap ‘Umar yang ramah dan sikap kaisar sebelumnya yang selalu buruk dan kasar.
Setelah  berbincang dengan para pembesar kota dan penduduk kota Yerusalem, ‘Umar selanjutnya menyendiri di suatu tempat, kemudian melakukan shalat sebagai tanda syukur atas karunia yang telah diberikan kepadanya dan kaum muslim.
Ini kemenangan yang patut disyukuri. Bagaimana tidak, dulu Rasulullah ketika peristiwa peristiwa Isra’ dan Mi’raj itu, Rasulullah tidak pernah lagi ke palestina, tidak pula ke Baitul Maqdis. Ketika Abu Bakar menjadi khalifah, beliau juga tidak di takdirkan pergi ke Baitul Maqdis. Sekarang, Baitul Maqdis telah membukakan pintunya untuk ‘Umar. Adakah karunia karunia yang lebih besar daripada ini yang membuat ‘Umar bersyukur ?
‘Umar tinggal beberapa hari disana. Mengisi hari-harinya, Severinus mengajak ‘Umar berkeliling kota Yerusalem. ‘ Umar diperlihatkan peninggalan-peninggalan kaum sebelumnya di kota itu.
Siang menjelang zhuhur pun tiba. Mereka yang ketika itu berada di suatu gereja, menawarkan ‘Umar untuk shalat di dalam gereja itu. Namun, ‘Umar menolak. Selain karena terdapat banyak patung di dalamnya, ‘Umar juga khawatir jika ia melaksanakan shalat di tempat itu, akan diikuti kaum muslim lainnya dengan beralasan karena ‘Umar pernah solat di tempat ini. Jika demikian, kaum muslim lainnya akan melaksanakan di tempat itu juga, sehingga orang-orang Nasrani akan dikeluarkan dari gereja-gereja mereka. Jika ini terjadi, berarti kaum Muslim telah menyalahi perjanjian.
Akhirnya ‘Umar keluar dari kota itu, lalu memilih tempat reruntuhan kuil Sulaiman untuk melaksanakan shalat. Di tempat inilah kemudian kaum Muslim mendirikan masjid al-Qibly ( orang-orang menyebutnya msjid al-Aqsa ).


Gereja yang ‘Umar datangi adalah Gereja Holy Sepulchre. Klan Nusseibeh dan joudeh menjadi juru kunci Gereja Holy Sepulchre yang di percayai sebagai kawasan Golgotha tempat penyaliban dan makam Yesus Kristus, Gereja makam kudus. Dua keluarga muslim ini dianggap berkah karena dapat jadi penengah di tengah perselisihan banyak denominasi gereja yang mengelola petilasan di Yerusalem Timur tersebut.

Sumber :
- The Golden Story Of Umar Bin Khaththab, Maghfirah Pustaka
- Bayu Probo(2014).Kisah Keluarga Muslim Juru Kunci Makam Yesus Kristus.From http://googleweblight.com/?lite_url=http://www.satuharapan.com/read-detail/read/kisah-keluarga-muslim-juru-kunci-makam-yesus-kristus&ei=Ygem_cGc&lc=id-ID&s=1&m=913&host=www.google.co.id&ts=1466662324&sig=AKOVD67mc9hpsivUmGhhSDdFnUJXNjoQFg, 23 Juni 2016

Senin, 13 Juni 2016

Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya

“Ikatlah Ilmu Dengan Menuliskannya”.-Ali Bin Abi Thalib RA

Muhammad bin Idris bin Usman bin Syafi’i Al-Quraisy atau biasa di kenal dengan Imam Syafi’I adalah seorang Imam Mahzab yang ke-empat. Beliau mempunyai ketajaman akal & kecerdasan yang luar biasa. Beliau telah menghafal Al-Qur’an pada umur 9 tahun, setahun kemudian dia menghafal kitab Al-Muwatta’ karangan Imam Malik. Beliau merupakan seorang begitu sangat mencintai ilmu.
            Kisahnya berawal pada suatu hari beliau meminta izin kepada ibundanya menuntut ilmu ke Madinah. Tibanya di Madinah, beliau menuju Masjid Nabawi & menunaikan sholat sunah dua rakaat. Setelah selesai sholat beliau tertarik pada satu majelis ilmu dalam masjid tersebut. Seseorang sedang menyampaikan tentang hadis-hadis Rasulullah SAW. Beliau adalah Imam Malik. Dengan langkah tertib,  Imam Syafi’I menuju ke tempat Imam Malik dan duduk menuju murid-murid beliau yang lain. Kemudian dia meletakan jarinya di mulut dan membasahinya dengan air liur, beliau menulis dengan jari telunjuk kanannya diatas tangan kirinya. Beliau menulis segala apa yang di ajarkan oleh Imam Malik di atas telapak tangannya. Dan ini terus dilakukan berkali-kali olehnya sedangkan umur beliau masih 11 tahun. Tanpa disadari, Imam Malik memperhatikan tingkah lakunya. Merasa terganggu , dipikirnya bahwa Imam Syafi’i bermain-main.

Selesai Majelis tersebut Imam Malik memanggil Imam Syafi’I dan berkata ”kesini kamu”.
Imam Syafi’i datang dan duduk di hadapan Imam Malik.
Imam Malik Kemudian bertanya padanya, “Apakah kamu berasal dari Mekah ?”.
Imam Syafi’I menjawab, ”benar”.
“Jangan kamu hadir lagi dalam pelajaran kami seru Imam Malik.
Dia berkata “Mengapa ?”.
Dijawab “karena engkau hanya main-main dan berbuat sia-sia saat aku mengajar”.
“Maaf tuan. Demi Allah sebenarnya saya tidak main-main dan berbuat sia-sia, kenapa bisa ?“.
karena engkau menaruh air liur di jarimu dan engkau menggerak-gerakannya, ini sia-sia.
Imam Syafi’i berkata: “Aku hanya  menulis saja”.
“Kalau begitu mana alat tulismu, mana penamu ?”
“Engkau datang tanpa alat tulis dan pena ?”
“Saya adalah orang miskin, demi Allah aku tidak mampu untuk membelinya”.
“Aku  hanya menulis hadits seperti ini agar aku bisa menghapal”.
“Jika engkau mau aku akan setorkan seluruh hadits yang sudah engkau sampaikan..”.
Imam Malik berkata “lakukanlah, setorkanlah”.

Maka Imam Syafi’i menyetorkan seluruh hadits dari awal dia belajar. Imam Malik Mendekat dan mulai membantunya. Setelahnya beliau melafalkan apa yang di hafalnya. Imam Malik mendapati tidak ada ada satu hadis yang tertinggal dari 20 hadis yang diajarkan pada hari itu. Semenjak itulah, Imam Syafi’I menetap di rumah Imam Malik selama 18 bulan Imam Syafi’I berguru pada Imam Malik. Hatinya yang suci serta kegigihannya dalam menuntut ilmu memudahkan beliau memahami dan menghafalkan kitab Al-Muwatta’, sehingga akhirnya Imam Syafi’I sering diberi penghormatan untuk mengajar murid muridnya Imam Malik yang lain.
Dikisahkan bahwa ibunya pergi ke para tukang daging yang menyembelih unta. Jika daging sudah dipisah mereka membuang tulangnya. Maka ibunya mengambil bahunya, karena bahu unta itu lebar. Kemudian dia membersihkannya dan memberikannya untuk anaknya (Imam Syafi’i) agar dia bisa menulis. Ibunya tidak memiliki uang untuk membeli kertas.
Dikisahkan pula bahwa ibunya pergi ke kantor pemerintahan. Maka dia mengambil kertas- kertas yang telah di buang, kemudian diberikan kepada anaknya agar dia bisa menulis hadits. Jika kita melihat lembaran Imam Syafi’i, maka di depannya ada hadits yang telah tertulis. Dan jika kita melihat di belakangnya maka ada catatan-catatan pemerintah ketika itu. 

MasyaAllah Kisah Imam Syafi’I tersebut sangat menginspirasi dan menggugah  hati saya untuk mulai menghobikan diri saya untuk menulis. Sebagai cendikiawan muslim sangat banyak kebaikan-kebaikan yang bisa beliau berikan dan kita petik dari kisahnya. Wallahu A’lam Bishawab